Copy Paste Strategi Kampanye Donald Trump Prabowo Lupa Nyapres Di Indonesia - Stop Fitnah dan Hoax

Breaking

Wednesday, December 12, 2018

Copy Paste Strategi Kampanye Donald Trump Prabowo Lupa Nyapres Di Indonesia


Kemasan dan gaya kampanye Prabowo-Sandi yang benar-benar mengcopy paste gaya kampanye Donald Trump pada pemilu AS tahun 2016 lalu mulai dapat diendus oleh masyarakat Indonesia. Dengan berbagai cara bahkan menghalalkan yang segala kontroversi mereka tak henti-hentinya mengumbar hoax dan kemudian minta maaf setelah ketahuan publik.
Copy paste strategi Trump ini antara lain untuk mengimbangi stamina blusukan Presiden Jokowi untuk menyerap aspirasi seluruh lapisan masyarakat dari Sabang hingga Merauke. Prabowo-Sandi terus-menerus menjaga suara umat Islam yang sempat terusik akibat pidato Ahok yang menista Agama. Persis langkah Trump yang menggarap kaum kulit putih dan melecehkan perempuan sehingga meraup suara mayoritas di Negara Bagian Ohio, Florida, dan North Carolina.
Kaum kulit putih terutama yang belum mapan merasa “pembelaan” Trump kepada kaum kulit putih akan mengangkat derajat mereka kelak. Isu kaum kulit putih ini di copas oleh Prabowo-Sandi dengan pidato kemenangan Anies-Sandi saat mengatakan kemenangan mereka adalah kemenangan untuk pribumi.
Berbagai kontroversi yang dibuat sendiri oleh paslon Prabowo-Sandi baik sengaja maupun tidak sengaja diarahkan untuk tetap menjaga konstituen elektoral mereka yang telah dijaga sejak tahun 2014 lalu dengan isu-isu identitas dan primordial. Namun pada gilirannya karena konteks dan strategi Trump sangat tidak cocok diterapkan di Indonesia akibat perbedaan budaya timur – barat dan ideologi Pancasila yang tetap menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.
Salah satu blunder terbesar keduanya ketika menyebarkan kebohongan tentang penganiyaan Ratna Sarumpaet yang juga merupakan bagian integral dari timses mereka. Kemudian kemarahan warga Boyolali yang tidak terima dihina Prabowo karena tidak pantas masuk hotel mewah.
Tidak ketinggalan kelakuan Sandiaga Uno mantan pengusaha sukses ini yang telah melego sahamnya di Saratoga secara murah. Berbagai kontroversi yang dilakukan tidak mencerminkan jiwa kenegarawanan dan kepemimpinannya. Gimmik meletakkan petai di kepalanya melekat erat dibenak pendukungnya.
Puncaknya pada peringatan acara 212 pengamat intelijen Surya Fermana mengungkapkan, langkah capres Prabowo Subiyanto yang memarahi media massa lantaran tidak memuat berita Reuni 212 Minggu (2/12/2018) lalu, dan klaim massa jutaan yang hadir dalam aksi di Monumen Nasional (Monas) juga persis apa yang dilakukan Presiden AS Donald Trump terhadap media massa di Amerika Serikat.
“Ini kan firehose of falsehood atau semburan pemadam kebakaran hoax. Ini langkah yang dilakukan Trump pada media Amerika,” kata Surya Fermana, di Jakarta, Kamis (6/12/2018).
Menurut dia strategi yang dilakukan Prabowo salah langkah, kurang pas diterapkan di Indonesia. Alasannya, pola pikir masyarakat Indonesia sudah berubah dan lebih realistis.
Bisa jadi, lanjut Surya Fermana, media massa memang sengaja tidak mau menulis berita Reuni 212 karena peristiwa itu dianggap memang bukan sebuah bahan berita yang layak untuk diberitakan. Atau bisa jadi, media mengetahui adanya kamuflase dalam aksi itu, sehingga mereka memilih tidak masuk dalam lingkaran yang dibuat dalam aksi tersebut, tambah Surya.
Lucunya lagi, kata Surya, ada politik kebohongan yang dimunculkan dalam aksi Reuni 212 itu. Hampir semua kalangan mengatakan bahwa yang hadir dalam Reuni 212 itu mencapai lebih dari tujuh juta orang. Bahkan ada yang mengatakan yang datang 10 juta orang. Ini kan bohong.
“Jumlah warga Jakarta saja 12 juta orang, kalau yang datang di Reuni 212 itu 10 juta, ya gak mungkinlah,” tegas Surya.
Ia menggarisbawahi, politik kebohongan merusak bagian dari otak yang LOFC (lateral Orbital frontal cortex) sebuah wilayah di otak yang berfungsi menyaring informasi secara kompleks.
“Kalau otaknya sudah dirusak dengan isu-isu yang sifatnya murahan, recehan, yang kemudian membuat orang malas berpikir rumit, berpikir kompleks, menyaring mana yang benar dan salah, maka informasi apa pun akan dibenarkan. Ini sangat berbahaya,” katanya
Bagaimana bisa akan lahir pemimpin yang baik jika kampanyenya didasari oleh hal-hal yang penuh kebohongan dan cenderung kepada kejahatan? Maaf, strategi Trump tidak berlaku di Indonesia.



Sumber

No comments:

Post a Comment