Apapun demi sebuah ambisi maka segala cara bisa dikatakan halal tak
perduli orang lain setuju apa tidak yang penting keinginan tercapai.
Bicara mengenai keinginan maka sesuatu yang salah bisa disebut
kebenaran. Contohnya saja para pemuja khilafah yang kini masih bertahan
meski organisasi terlarang HTI telah dibubarkan pemerintah.
Dalam suatu diskusi, Pelaksana Tugas PA 212, Asep Syarifudin
mengeluarkan pernyataan yang sangat konyol. Dia berharap khilafah tegak
di Indonesia pada 2024. Dan menurutnya, demokrasi itu tidak mampu
mengamankan kedaulatan agama.
Bahkan parahnya lagi ia mengatakan bahwa khilafah itu adalah syariat
Islam. Sehingga jika menolak khilafah berarti menolak syariat Islam. Dan
menolak syariat Islam itu penistaan agama. Artinya menolak khilafah
juga penistaan agama.
“Demokrasi, sistem itu kalau dalam melindungi masyarakat iya, tapi
untuk konteks mengamankan kedaulatan agama, belum tentu. Harapan saya
2024 khilafah tegak di Indonesia. Khilafah itu adalah syariat Islam.
Kalau menolak khilafah itu artinya menolak syariat Islam, itu penodaan
agama.” kata Asep Syarifudin.
Inilah logika gemblung yang benar-benar membuat otak pemikirnya acak kadut.
Apakah demokrasi itu buruk? Demokrasi itu sebenarnya sama saja dengan
alat atau peralatan. Dia hanya akan mendatangkan kebaikan bagi semua
kalau dimanfaatkan dengan baik. Sama seperti pisau kecil akan berguna
untuk mengiris-iris bawang tetapi akan merugikan kalau digunakan
mengiris-iris tubuh manusia.
Jadi kalau namanya alat, kegunaannya tergantung siapa dan untuk apa
dia digunakan. Jadi yang salah bukan alatnya, melainkan penggunanya.
Itulah soal demokrasi.
Kenapa Indonesia menggunakan demokrasi? Karena Indonesia itu
berbhineka, terdiri dari beragam agama, suku dan bahasa. Maka diperlukan
juga suatu sistem yang mampu mengakomodir kepentingan mereka yang
berbeda itu secara setara. Dari sekian sistem pemerintahan yang ada,
demokrasilah yang paling tepat untuk Indonesia. Maka jelas demokrasi
tidak akan bisa mengistimewakan Islam sebagai salah satu agama dari
beberapa agama sekalipun dia agama mayoritas.
Terkait menolak khilafah, menolak syariat, berarti penistaan agama ini sudah keluar jalur dari pemikiran yang waras.
Arti menolak di sini adalah tidak menerima itu sebagai ajaran, tetapi bukan mengoloknya sebagai ajaran sesat.
Sama juga dengan khilafah. Menolak khilafah di Indonesia bukan hanya
karena khilafah itu ajaran dari salah satu agama dari berbagai agama
yang ada di Indonesia. Menolak khilafah juga karena kita sudah punya
sistem dan ideologi kita sendiri yang dapat mengakomodir kepentingan
berbagai pihak yang beragam dan berbeda-beda tetapi tetap satu.
Jadi anggap saja khilafah itu ajaran Islam yang sudah paling
paripurna. Anggaplah semua orang Islam mengakuinya sebagai sistem
pemerintahan Islam yang sempurna. Tetapi karena di Indonesia, ada
berbagai macam agama, tetap saja khilafah itu tidak akan bisa
diterapkan. Kalau mau diterapkan, ya kita harus perang dulu. Dan kalau
sudah perang dulu, korban pasti berjatuhan.
Oleh karena itu menolak ajaran agama tertentu bukan berarti
menistanya. Menolak khilafah di Indonesia bukan hanya karena khilafah
menjadi ajaran dari salah satu agama.
Jadi sudahlah, jangan jadikan agama untuk menaklukkan kekuasaan yang
sah. Stop menjadikan agama sebagai alat untuk menghancurkan suatu
negara. NKRI harga mati.
No comments:
Post a Comment