Kerukunan Beragama di Papua Barat Tertinggi Mengalahkan Jakarta - Stop Fitnah dan Hoax

Breaking

Monday, December 16, 2019

Kerukunan Beragama di Papua Barat Tertinggi Mengalahkan Jakarta


Dalam studi terbaru yang dirilis Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Indonesia pekan ini, indeks kerukunan beragama di Papua Barat memiliki skor 82,1 dari nilai maksimal 100 yang berarti sangat tinggi.

Kemudian disusul oleh Nusa Tenggara Timur (81,1) dan Bali (80,1). Sementara Provinsi Papua berada di urutan ke-6 dengan skor 79 di bawah Maluku (79,4).

Ibu Kota Jakarta justru berada di 8 terbawah indeks kerukunan beragama di Indonesia dengan skor 71,3 bersama dengan Aceh (60,2) yang berada di posisi terakhir, Banten (68,9) dan Jawa Barat (68,5).

Sebuah studi terbaru itu menunjukkan Papua Barat merupakan daerah dengan tingkat kerukunan beragama yang lebih tinggi daripada Ibu Kota Jakarta, bahkan yang tertinggi di Indonesia.

Kerusuhan yang terjadi beberapa waktu lalu di wilayah Papua pun dianggap tidak mencerminkan hubungan kerukunan beragama di sana.

Jebloknya tingkat kerukunan beragama di DKI Jakarta disebabkan faktor dinamika politik sehingga masyarakat terpolarisasi.

“Misalnya sejak kasus Pilkada DKI terus Pilpres, Pileg, itu 3 wilayah ini yang paling terkena dampak dari polarisasi di masyarakat,” kata Ketua tim survei, Muhammad Adlin Sila.

Survei dilakukan tehadap 13.600 responden di 34 provinsi Indonesia ini mengukur variabel toleransi, kesetaraan dan kerjasama antar pemeluk agama.

Variabel kesetaraan misalnya, hal ini salah satunya bermakna bahwa setiap warga negara punya hak yang sama sebagai kepala daerah atau memiliki hak mengekspresikan keyakinan di ruang publik di provinsi itu.

Adlin menjelaskan tingginya tingkat kerukunan beragama di bagian timur Indonesia itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu yang terpenting adalah modal sosial

“Modal sosial itu kan ada trust (rasa percaya), ada norma-norma mengenai hidup bertetangga, itu beda,” jelas dia seperti dikutip dari ABC Indonesia.

“Kalau di NTT (Nusa Tenggara Timur) misalnya, sejak jaman kolonial Portugis misalnya, antara Muslim dan Kristen itu kan sudah hidup bertetangga, kawin-mawin, satu keluarga beragam agama, merayakan hari raya keagamaan juga sama-sama, itu sudah dari dulu. Beda dengan di Aceh misalnya,” imbuhnya.

Di Papua, sebut Adlin, interaksi dengan pendatang yang berbeda agama sudah lama terjalin.

“Jadi kasus-kasus konflik yang belakangan terjadi tidak kemudian menjadi faktor yang memengaruhi karena itu, kalau dalam istilah sosiologi ya, tidak terjadi setiap saat.”

“Dan itu tidak mencerminkan real (kenyataan) hubungan kerukunan di sana,” katanya.

No comments:

Post a Comment