Jakarta – Pandangan Ahli Tafsir Al Quran sekaligus Cendekiawan Muslim Ternama, Prof. Dr. H. Quraish Shihab bahwa selama akidah kita tetap terjaga, maka mengucapkan selamat Natal tidak menjadi masalah, sebab hal ini juga tertulis di AL Quran (Surah Maryam 19:33). Kita boleh ikut bergembira dengan kegembiraan mereka, tetapi tidak mengganggu akidah kita sebagai umat Muslim.
Selamat Natal yang diucapkan seorang Muslim kepada penganut agama Kristen dianggap haram oleh sementara orang dan dinilai sesat dan menyesatkan siapa yang membolehkannya. Itu yang biasa terdengar di Indonesia, tetapi tidak demikian di kalangan ulama di Timur Tengah. Berikut tulisan ulama besar Suriah Mustafa az-Zarqa’ yang termuat dalam kumpulan fatwanya “Fatwa Mustafa az-Zarqa”. Fatwa-fatwa itu dihimpun oleh Majed Ahmad Makky dan diantar oleh ulama besar Mesir kenamaan: Yusuf al-Qardhawy. Al-Qardhawy mengakui az-Zarqa’ sebagai gurunya dan merasa bangga menulis pengantar tentang kumpulan fatwa itu.
Fatwa ini adalah jawaban az-Zarqa’ kepada Anas Muhammad ash-Shabbagh yang bermukim di Saudi Arabia. Terjemahannya sebagai berikut:
“Menjawab pertanyaan Anda tentang ucapan selamat yang diucapkan seorang Muslim berkaitan dengan kelahiran Isa (Natal) dan Tahun Baru Masehi, maka menurut hemat saya: Ucapan Selamat Natal seorang Muslim kepada kenalannya yang menganut agama Nasrani termasuk dalam anjuran berbudi baik dalam interaksi dengan mereka. Sungguh Islam tidak melarang kita menyangkut harmonisasi hubungan beragama dan perlakuan baik semacam ini terhadap mereka, apalagi yang mulia al-Masih dalam pandangan aqidah kita adalah salah satu Rasul Allah yang agung dan termasuk satu dari lima Nabi yang amat diagungkan. Siapa yang menduga mengucapkan selamat kepada mereka pada hari kelahiran Isa as. haram—siapa yang menduga demikian—maka dia salah karena tidak ada hubungan dalam ucapan itu dengan rincian aqidah kaum Nasrani dan pandangan mereka terhadap Isa as.
Diriwayatkan bahwa suatu ketika ada jenazah seorang Yahudi yang diusung di hadapan Nabi saw., maka beliau berdiri. Berdirinya beliau itu merupakan ekspresi dari rasa agung dan dahsyat terhadap kematian—tidak ada hubungannya dengan aqidah sosok Yahudi yang mati itu.
Muslim dituntut untuk menggambarkan kebaikan Islam dan moderasinya terhadap Non-Muslim. Di samping itu, keadaan kaum Muslim dewasa ini yang sungguh lemah di antara negara-negara di dunia ini serta konspirasi dan tuduhan bahwa kaum Muslim adalah teroris, fanatik, dan lain-lain—kesemuanya menuntut kaum Muslim mengubah image buruk itu, apalagi pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha bisa jadi seorang Muslim memiliki teman-teman yang mengucapkan selamat kepadanya, sehingga bila ia tidak membalas sikap baik mereka itu dengan berkunjung kepada yang berkunjung kepadanya pada Hari Lebaran, maka sikap itu akan semakin mendukung tuduhan yang ditujukan kepada kaum Muslim,” demikian antara lain Mustafa az-Zarqa’.
Quraish Shihab bahwa Al Quran menggariskan prinsip manusia boleh hidup secara berkelompok, tetapi jangan berselisih. Bahkan Allah SWT mau kita berbeda, tetapi tidak mau kita bertengkar, sebab jika Allah SWT mau kita sama, maka Al Quran tidak bisa menanggung penafsiran yang berbeda, sehingga adanya perselisihan terkait pelarangan ucapan Natal adalah pemikiran sempit.
Saling mengucapkan selamat, bahkan kunjung-mengunjungi itulah yang dilakukan juga oleh pimpinan al-Azhar Mesir. Apakah mereka salah dan sesat? Saya menduga keras bahwa ulama-ulama itu jauh lebih mengerti agama dan lebih bijaksana daripada mereka yang mengharamkan ucapan Selamat Natal, apalagi menyesatkan siapa yang membolehkan mengucapkan Selamat Natal itu. Semoga hidayah Allah tercurah kepada kita semua.
No comments:
Post a Comment