JawaPos.com – Kementerian Kesehatan sudah merilis hasil survei
serologi ketiga yang menyatakan 98,5 persen masyarakat Indonesia sudah memiliki
antibodi SARS-CoV-2. Namun, ahli epidemiologi menyatakan kabar itu tidak
bagus-bagus amat. Masyarakat diminta tetap waspada dan melengkapi vaksin
Covid-19.
Epidemiolog Universitas Griffith Australia
Dicky Budiman menyatakan, tidak cukup seberapa banyak orang yang sudah memiliki
antibodi. Namun, harus diketahui juga berapa kadarnya hingga berapa lama
antibodi itu bertahan. ’’Fakta ilmiahnya, sejauh ini adanya antibodi tidak
serta-merta menjamin tidak ada gelombang atau dampak suatu gelombang
(penularan),’’ ujarnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin (12/8).
Dicky menjelaskan, bagi mayoritas penerima
vaksin Covid-19 atau terinfeksi secara alami, kekebalannya hanya sementara.
Banyak yang akhirnya kadar antibodinya turun. “Kalau bicara lansia,
(antibodinya) hanya bertahan tiga sampai empat bulan,” ungkapnya.
Tidak heran jika Indonesia masih mengalami
kenaikan kasus hingga peningkatan kematian. Hingga kemarin, jumlah kasus
positif bertambah jadi 6.091 orang dan 18 orang meninggal. Memang, jika
ditinjau, pertambahan kasus tidak signifikan dan cenderung melambat.
Untuk itu, meski hampir seluruh masyarakat
Indonesia memiliki antibodi SARS-CoV-2, vaksinasi booster tetap wajib
dilakukan. Selain booster, dia menyarankan masyarakat tertib melaksanakan
protokol kesehatan. Itu dapat mengurangi terpapar Covid-19.
No comments:
Post a Comment