Rupiah 'Gencet' Semua Mata Uang, BI: Dolar AS Tak Lagi Primadona - Stop Fitnah dan Hoax

Breaking

Friday, January 4, 2019

Rupiah 'Gencet' Semua Mata Uang, BI: Dolar AS Tak Lagi Primadona


Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini tercatat mengalami penguatan di tengah kekhawatiran pasar terhadap melemahnya ekonomi global dan optimisme kemajuan negosiasi sengketa dagang AS-China. Selain dengan dolar AS, rupiah juga tercatat menguat dibandingkan dengan mata uang negara lain.

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah menjelaskan dolar AS kini tak lagi menjadi primadona untuk pasar valuta asing.

"Di tengah merosotnya harga saham di AS, dolar AS tak lagi menyandang 'safe haven currency' tapi saat ini tergantikan dengan yen Jepang," kata Nanang di Gedung BI, Jakarta Pusat, Jumat (4/1/2019).

Oleh karenanya indikator di pasar uang di AS seperti Fed Fund Future dan Overnight Indec Swap (OIS) memberikan indikasi the Fed tidak akan menaikkan suku bunga kebijakan (Fed Fund Rate) di tahun 2019. Ekspektasi pasar ini membuat yield US Treasury Bond kembali merosot ke 2.55% dan Index Dolar (DXY) melemah ke 96.17.

Dia menjelaskan BI terus mewaspadai karena kondisi pasar keuangan global masih diliputi ketidakpastian. Hal ini terutama terkait memburuknya data ekonomi khususnya data manufaktur di berbagai negara termasuk di AS, China, Prancis, Jerman, dan Spanyol.

Melemahnya kegiatan manufaktur di berbagai negara tersebut merupakan dampak negatif dari yang sudah mulai dirasakan karena melemahnya kegiatan perdagangan antar negara. Lumpuhnya sebagian dari kegiatan pemerintahan di AS atau partial government shutdown bila berkepanjangan juga akan berdampak terhadap kegiatan konsumsi di AS.

"Ditambah lagi, dampak dari 'wealth effect' kemerosotan harga saham di AS yang berkelanjutan akan menyebabkan konsumsi tertekan karena besarnya kapitalisasi nilai saham terhadap PDB di AS," imbuh dia.

Kemudian di dalam negeri, suksesnya lelang surat berharga negara (SBN) pada 4 Januari 2018 juga menjadi katalis penguatan Rupiah. Hari ini Jumat dolar AS ditutup di Rp 14.265 atau menguat Rp 140 atau 0.97$ dibandingkan penutupan hari sebelumnya di Rp 14.405

Nanang menjelaskan dalam kondisi sentimen global yang cenderung mix, BI mengawal penguatan Rupiah tersebut untuk memperkuat keyakinan pasar terhadap rupiah.

Langkah mengawal penguatan Rupiah oleh Bank Indonesia ditempuh dengan membuka lelang DNDF pukul 8.30 selama 15 menit, yang kemudian dilanjutkan dengan direct intervention dengan menempatkan offer price DNDF di 8 broker sepanjang sesi perdagangan dalam jumlah yang signifikan.

"Dengan memanfaatkan momentum dan timing yang pas Bank Indonesia memberikan signal dengan melakukan intervensi di pasar spot dengan jumlah yang sangat terukur," ujar Nanang. (kil/ara)

No comments:

Post a Comment