Jakarta - Fenomena radikalisme tidak hanya menyerang masyarakat kelas menengah ke bawah saja, namun sudah mewabah pada kelas menengah ke atas, khususnya di lingkungan TNI-Polri dan Aparatur Sipil Negara (ASN).
Hal itu seperti diungkapkan Ahli dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr. Ahmad Atang, Msi.
“Sebagai sebuah paham, radikalisme menjustifikasi perubahan sistem sosial dan politik dengan cara-cara kekerasan. Jika ideologi ini menjadi pola pikir oknum TNI/POLRI dan ASN, maka harus diwaspadai agar tidak terjadi pola gerakan dari dalam,” kata Ahmad seperti dilansir Antara, Senin (19/11/2019).
Ahmad mengatakan, untuk mendeteksinya, tidak harus difahami dari sisi simbolik seperti cara berpakaian dalam bentuk cadar atau celana cingkrang, berjenggot dan sebagainya.
Masyarakat kata dia, harus selalu mewaspadai radikalisme dalam bentuk apapun karena kaum radikal sangat lihai berkamuflase dan menyebarkan pahamnya ke masyarakat.
“Alasannya karena tidak semua yang memakai pakaian cadar, celana cingkrang maupun yang berjengkot terindikasi radikalis,” kata mantan Pembantu Rektor I UMK itu.
Oleh karena itu dia menyarankan agar negara lebih bersikap manusiawi sehingga dapat mengidentifikasi gerakan radikal dalam tubuh birokrasi, TNI-Polri, dan ASN.
Harapannya, oknum yang sudah terpapar radikalisme tidak membangun kekuatan, dan melakukan perlawanan terhadap negara dari dalam.
No comments:
Post a Comment